Selasa, 30 Oktober 2018

Mendampingi Kateter Jantung


Pengalaman mendampingi penderita penyempitan jantung dikeluarga saya sudah cukup lama. Sehingga akhirnya saya familiar dengan istilah kateter, pasang ring dan problematika seputar urusan jantung yang bermasalah..

Pertama dengar istilah kateter adalah sekitar tahun 2000 ketika bapak mertua harus dikateter. Waktu itu keluarga cukup heboh. Maklum informasi belum seperti sekarang, jadi kalau sudah urusan 'tindakan dokter' bayangannya bakal urusan berat. Apalagi urusannya jantung..

Kateternya dilakukan di RS Medistra di Jl. Gatot Subroto, dan pada hari tindakan seluruh keluarga ‘wajib’ berkumpul. Dengan 8 anak dan para mantu bisa dibayangkan betapa sesaknya ruangan kamar. Ketika pasien akan masuk keruang tindakan, pamitan dilakukan seolah olah akan berpisah lama.

Apalagi setelah itu ada tindakan pemasangan ring.. kembali prosesi berulang.. Bahkan lebih heboh.. maklumlah, saat itu informasi belum sekomplit sekarang dimana segala informasi dan pengalaman orang lain bisa dengan mudah didapatkan. Yang ada hanya bayangan dan ‘katanya anu… katanya anu…’.

Beberapa tahun berikutnya suami didiagnosa ada penyempitan juga. Dan harus menjalani kateter. Berhubung kami punya Askes, dan tabungan kami belum sebanyak mertua maka Askes menjadi satu satunya pilihan untuk kami.

Urutan berobatnya mirip dengan BPJS. Ke puskesmas dulu, tapi waktu itu belum ada ketentuan puskesmas yang ditunjuk. Jadi bebas puskesmas dimana saja. Juga belum ada penunjukkan fasum 2. Dari puskesmas bisa langsung ke RS yang ditunjuk. Waktu itu kami memilih RS Cipto Mangunkusumo karena mendengar disana ada PJT (Perawatan Jantung Terpadu) yang menurut informasi dari ‘katanya…’ pelayanannya baik seperti swasta.

Maklumlah, pada waktu itu stigma berobat gratis pakai Askes di RS umum berarti harus sabar dan tahan mental. Susternya jutek, ruangannya jorok, obatnya strata terendah...wah pokoknya banyak cerita serem yang didengar. Mungkin kalau tabungan saya seperti Paman Gober, saya akan memilih RS swasta yang 'aman'. Cuma ya mampunya Askes, apa boleh buat..

Pertama datang tentu harus mendaftar di bagian depan. Antreannya banyak. Tapi tertib. Jadi cerita bahwa antreannya berdesak2an itu hoax.
Setelah itu kami menuju lokasi PJT di daerah dalam. PJT itu bangunan baru terletak didalam RSCM, bangunan modern yang nyempil diantara bangunan jaman Belanda. 
Disana saya surprais bener, tempatnya cukup bagus, penerima tamunya ramah, penjelasannya jelas. Bahwa harus antri agak lama wajarlah, pasiennya kan banyak.
Penanganan dokter dan susternya juga jauh dari informasi serem yang didengar. Ramah, profesional.. untung ga patah semangat dan keburu ke RS swasta yang mungkin waktu itu bikin saya harus jual perabot.

Proses kateternya juga lancar. Setelah selesai ruang pemulihan ada di ruangan berbentuk bangsal berisi beberapa pasien. Dan langsung sore itu juga boleh pulang. Pada waktu itu belum terlalu banyak pasien untuk kateter. Mungkin hanya sekitar 5 orang yang dijadwalkan pada hari itu.

Beberapa tahun kemudian harus kateter ulang, dan kembali memilih RSCM dan kembali juga Askes menjadi pilihan satu satunya. Hanya saja sekarang lebih mantap dan tidak khawatir lagi atas pelayanan pengguna Askes. Prosesnya mirip, hanya sudah memakai sistem BPJS tapi belum memakai fasum 2. Kali ini ruang pemulihannya dapat kamar kelas 1 sesuai kelas BPJS nya. Kamarnya enak, satu pasien di kamar dan ada sofa untuk penunggunya. 

Kateter ke 3 saya memilih RS Fatmawati. Pengalaman baru lagi disini. Sistem antrenya juga berbeda dengan RSCM. Setelah mendapat rujukan dari dokter, harus mendaftar ke bagian kateter. Waktu tunggunya lumayan lama, hampir sebulan kalau tidak salah. Dokternya baiiik banget, dan helpfull.. 

Pada hari yang ditentukan, pasien datang dan langsung masuk ruang kateter. Sementara keluarga menunggu di ruang tunggu khusus. Ketika proses kateterisasi akan dilakukan, keluarga pasien dipanggil melalui pengeras suara untuk menemui suster dan diminta mengurus data BPJS. Lupa saya data apa, tapi intinya saya dikasih berkas satu bundel terus dibawa ke kantor Askes untuk minta cap ke petugasnya.  Mengurusnya lumayan jauh tapi masih dalam kompleks RS. Pengurusannya juga mudah, hanya harus sabar antri aja. Ruang pemulihan disini juga berupa bangsal dengan sekat korden. Susternya juga ramah.. makin membuat saya yakin bahwa pelayanan BPJS tidak semenakutkan yang dikira.

Kateter ke 4 di RSJPD Harapan Kita. Ini saya bisa cerita agak detail karena belum terlalu lama kejadiannya. 

Untuk kateter di RSJPD Harapan Kita, pasien harus sudah daftar sebelumnya dan datang sesuai tanggal yang telah ditentukan dengan membawa berkas bukti pendaftaran serta hasil cek darah. Hasil cek darahnya harus terbaru, paling lama 3 hari sebelum jadwal tindakan. Labnya boleh dimana saja, tidak harus lab RSJPD Harapan Kita.

Pada tanggal itu, jam 5.30 pagi saya sudah berada di depan loket C di RSJPD Harapan Kita. Jam segitu ternyata sudah ada 3 orang yang mengantri menunggu petugas. Jam 6.30 petugasnya datang dan langsung mengeluarkan kotak nomor antrian dari laci mejanya. Oleh petugas kami diminta mengambil nomor antrian kemudian diminta menunggu dibangku depan apotek. Petugasnya beberes dulu dan akan memanggil sesuai nomor antrian. Data diproses berdasarkan nomor antrian.

Pemanggilan dimulai jam 07.00. Prosesnya cukup cepat, hanya saja Bapak petugasnya lumayan tegas, jadi berkesan galak. Mungkin karena pengantrinya ngeyel tetap ngantri diluar ruangan, dan tidak duduk di area depan apotek sehingga berkerumun di depan pintu ruangan.

Setelah selesai pengurusan data, kembali kami diberikan sebundel berkas. Berkas itu kami bawa naik ke ruang persiapan di lantai 2 bersama dengan pasiennya. Yang diijinkan masuk ke ruang persiapan hanya pasien dan 1 penunggu. Penjaga pintunya cukup tegas, dan sebelum masuk ditanya tanya dulu keperluannya. Kalau tidak jelas dan tidak membawa berkas tidak akan diperbolehkan masuk.

Di ruang persiapan data diperiksa oleh petugas yang sudah menunggu, dan kalau sudah lengkap maka pasien dipersiapkan untuk wawancara oleh dokter disana.

Pasien diminta ganti baju dengan baju tindakan, dan barang2nya disimpan di loker. Setelah itu cek tensi de el el, standarlah seperti mau periksa ke dokter jantung. Kemudian dokter disana mewawancara pasien. Dibaca hasil cek darah yang diambil maksimal 3 hari sebelumnya itu. Dokternya bukan dokter yang biasa merawat kita ya, tapi dokter yang memang bertugas disana.

Setelah itu saatnya menunggu panggilan tindakan. Menunggunya dalam posisi duduk, walaupun banyak tempat tidur. Tempat tidur itu fungsinya adalah sebagai tempat pemulihan setelah tindakan. Sofanya lumayan empuk, jadi ngga masalah untuk para pasien kateter.
Oh ya, disini bukan hanya pasien kateter, tapi juga pasang ring bercampur menunggu bersama.

Panggilan pertama untuk tindakan sekitar jam 8, yang dilakukan di lantai 3. Sekali panggil 2 orang sesuai dokter yang bertugas. Kesananya kalau memang kondisinya sehat seperti suami saya, dengan jalan kaki. Pendamping diminta ikut ke lantai 3 untuk membantu, misalnya menyimpan sandal ketika pasien masuk ke ruang tindakan, pendamping menunggu di ruang tunggu yang disediakan. Ruang tunggunya bersamaan dengan ruang tunggu pasien yang dirawat. Wah kalau mendengar cerita cerita penunggu pasien disana, lumayan membuat miris karena pasien disana biasanya sudah taraf sakit berat.

Tindakan untuk kateter sekitar 1 jam. Nanti pendamping dipanggil ketika pasien sudah siap turun, dan bersama sama turun kembali ketempat awal tadi.

Pemulihan kalau jalur kateter melalui tangan sekitar 2 jam, tapi kalau melalui paha 6 jam kalau ngga salah. Makanya usaha pertama adalah lewat pembuluh darah di dekat pergelangan tangan. Tetapi kalau ada kendala di tangan, langkah berikutnya adalah melalui pembuluh darah di paha. Kalau lewat paha itu pemulihannya cukup lama dan 'sengsara'nya lebih lama juga karena selama beberapa jam kaki tidak boleh digerakkan. Buang air saja harus dari pispot selama pemulihan.

Suami mendapat panggilan nomer 2. Bisa lebih cepat dari antrian dibawah (yang tadi dapat nomor 4) karena kami segera naik. Sedangkan antrian nomor 2 dan 3 diloket tidak segera naik ke ruang persiapan sehingga ketika mereka akhirnya masuk sudah didahului oleh orang yang segera naik.

Setelah waktu pemulihan dianggap cukup, suster akan memeriksa luka bekas masuk selang, masih berdarah atau tidak. Kalau sudah berhenti maka perban diganti, dan pasien diminta ganti baju yang tadi dipakai ketika datang. Kemudian suster memanggil untuk menyerahkan hasil. Suster akan menjelaskan hasil kateter tadi secara global, tapi detailnya akan dijabarkan ketika konsul dokter.

Untuk konsultasi dokter harus daftar lagi di loket pendaftaran di bawah. Dapat waktunya ya sesuai jadwal yg diberikan.

Sekitar jam 10-11 seluruh proses sudah selesai dan bisa pulang.

Untuk pasien yang dijadwalkan memasang ring, pemulihannya 24 jam. Jadi harus menginap semalam untuk melihat kondisinya.

Beda banget ya dengan suasana kateter jaman mertua saya. Jaman sekarang kateter itu tindakan yang relatif simple, ga ada pikiran yang serem serem, ngga pake kuatir yang berlebihan..

Saya sempat ngobrol dengan beberapa pasien. Dan mereka datang dari penjuru nusantara. Ada yang dari Aceh, Pontianak dll. Jadi mereka bolak balik untuk konsul dan mendaftar. Karena ngga bisa sekali datang terus dilakukan tindakan dalam waktu dekat.

Untuk kateter di RSJPD Harapan Kita saran saya datanglah sepagi mungkin untuk mendapatkan antrian awal. Dan setelah berkas diperiksa dan dikembalikan ke kita, segeralah naik ke ruang persiapan diatas bersama pasien supaya dapat tindakan lebih awal. Jangan tunggu apa2, langsung cap cus naik deh. Ingat bahwa antrian berdasar kedatangan ke ruang persiapan, bukan berdasar antrian di loket tadi. 

Dan disini pasien kateter dan ring cukup banyak, berbeda dengan di rumah sakit lain. Namanya juga memang RS spesialis jantung dan pembuluh darah.

Ingat ingat banget bahwa makin besar nomor antrian di ruang persiapan waktu menunggu juga makin lama.
Misalnya suami saya di loket dapat nomor 4. Tetapi karena langsung naik ke ruang persiapan, disana bisa dapat nomor 2. Dokter yang melakukan kateter ada 2, maka boleh dibilang suami masuk gelombang pertama. Nah pengantri nomor 3 tentu harus menunggu gelombang pertama tadi selesai. Lamanya sekitar 45 menit – 1 jam. Bisa dihitung kalau dapat nomor besar, antrian masuk ke ruang tindakan bisa berjam jam.

Waktu itu yang masuk ruang persiapan jam 8, tindakannya bisa sore dan bisa bisa pulang malam karena harus dipulihkan dulu. Kira kira yang dijadwalkan untuk tindakan hari itu sekitar 30 orang bercampur antara yang kateter dan pasang ring. Misalnya saja yang kateter 20 orang, pasien terakhir bisa pulang jam 10 malam, padahal kedatangannya mungkin berbeda sedikit dengan kami.

Setelah kateter, kami mendapatkan jadwal konsultasi dokter yang cukup jauh waktunya di RSJPD Harapan Kita. Padahal suami bekerja di Gorontalo, sehingga  saya mendaftar konsultasi dokter di paviliun eksekutif Sukarman. Paviliun Sukarman ini adalah swastanya RSJPD Harapan Kita. Gedungnya berderet dengan gedung RSJPD Harapan Kita, masih satu lokasi. Bisa kok pasien biasa di RSJPD konsul di Paviliun Sukarman karena datanya terkoneksi. Jadi dengan dokter yang sama di RSJPD Harapan Kita, datanya juga sama hanya tidak perlu menunggu berhari hari untuk mendapatkan jadwal konsultasi. Bedanya disini harus bayar, kalau tidak salah 400 ribu untuk konsulnya saja. Untuk saya tetap lebih murah daripada tiket pesawat Jakarta Gorontalo pp.

Mengalami semua hal diatas, saya merasakan saat ini kateter adalah tindakan yang umum dilakukan. Tidak semenakutkan bayangan seperti yang saya alami ketika awal awal mengenal kateter jaman dahulu.

Jadi untuk yang baru pertama kali harus dikateter, jangan terlalu khawatir. Selain sudah menjadi tindakan ‘biasa’, alat juga semakin canggih, sehingga tidak ada yang perlu terlalu dikhawatirkan berlebihan.


2 komentar:

  1. Mau nanya dari 3 kali kateterisasi berarti tidak semuanya pasang ring? Apa indikasinya harus dirujuk ke harapan kita bu?

    BalasHapus
  2. Sampai saat ini suami saya tidak pasang ring. Karena hasil dari beberapa kali kateternya penyumbatannya masih selalu dibawah 60%, di 3 tempat. Pasang ring itu untuk penyumbatan diatas 70%. Memang hasil dari katerisasinya tiap tahun penyumbatannya hampir selalu meningkat, tetapi Alhamdulillah hasil terakhir di Harapan Kita penyumbatannya berkurang.

    Indikasinya dari dokter jantung yang memeriksa, setelah dilakukan cek en ricek dengan alat (sy lupa nama alatnya) beliau memutuskan untuk dilakukan kateterisasi.

    BalasHapus

Mendampingi Kateter Jantung

Pengalaman mendampingi penderita penyempitan jantung dikeluarga saya sudah cukup lama. Sehingga akhirnya saya familiar dengan istilah kate...