Rabu, 25 April 2018

Mengunjungi Orangutan di Tanjung Puting



Berawal dari bingung karena ada long weekend, kepengen berlibur tapi belum punya tujuan yang pas. Pengennya ke tempat baru yang belum pernah dikunjungi tapi bernuansa alam dan ngga butuh waktu lama. Setelah bolak balik minta petunjuk ke mbah gugel, akhirnya tiba di suatu artikel tentang wisata LOB mengunjungi orangutan di Tanjung Puting.


Wah dimana tuh? Kebangetan ya, sebagai orang Indonesia kok ngga tau, padahal banyak orang luar negeri yang bela belain datang kesini.. Dan wisata ini sudah berjalan bertahun tahun loh..

Lihat lihat sekilas ternyata tujuan kali ini masuk semua kriteria yaitu kami belum pernah kesana, kegiatannya di alam bebas, waktunya pendek. Langsung browsing sana sini buat mendapatkan info apa dan bagaimananya.

Akhirnya saya menghubungi pak Andreas, yang didapat dari beberapa situs di internet. Beliau itu guidenya Julia Roberts waktu mbak Jul shooting disana. Ternyata beliau sudah punya kapal sendiri, makanya saya bisa langsung book. Kapal disana disebut klotok. Saya beruntung bisa dapat pada tanggal yang saya mau. Mundur sehari atau maju sehari kapalnya sudah full book.

Perjalanan dimulai naik Trigana air tujuan Pangkalan Bun. Jadwal berangkat yang seharusnya jam 9.30 molor menjadi 11.00 dan tiba jam 12.00. Disana dijemput pak Husni yang akan menjadi guide kami selama berpetualang kali ini. Dari bandara langsung naik taksi selama 20 menit menuju pelabuhan Kumai.

Di pelabuhan Kumai kami bertemu beberapa orang yang tadi satu pesawat dengan kami. Tetapi hanya keluarga kami dan satu keluarga lain yang domestik, lainnya non domestik. Ada keluarga Jerman, muda mudi Perancis (paling ngga denger mereka bicara Bahasa Perancis), China, Jepang dan ngga tau lagi deh. Klotok yang akan dipakai berbeda beda, tiap kelompok sudah punya klotok masing masing. 

Disitu pak Andresas sudah menunggu bersama kapalnya, TOP Indonesia.  Kami langsung naik kapal  dan dikenalkan awak kapalnya. Ada kapten, helper, juru masak dan guide. Pak Andreas sendiri tidak ikut.

Kapalnya enak, nyaman, bertingkat 3. Tentu kategori nyaman adalah untuk kapal klotok ya, jangan bandingkan dengan kapal pesiar. Klotok kami pakai ber 4 saja, tetapi sebetulnya kapasitasnya lebih dari itu. Tingkat paling bawah ada mesin, dapur dan kamar mandi.. Lantai 2 untuk lokasi kami, wastafel, ada meja makan nyambung ke kasur buat leyeh leyeh. Kedepan lagi ada kursi malas 2, dan tangga untuk ke haluan, serta dek belakang. Lantai teratas ada meja dan dek untuk leye leye juga dan stargazing kalau malam. Cukup  luas kan…



(ini klotok kami TOP Indonesia Tours)




Kira kira begini situasi di klotok (ini klotok tetangga)

Kamar mandinya ada 2, dengan kloset duduk dan air pancuran. Air untuk mandi berupa air bersih yang dibawa dari Kumai, tapi untuk menyiram kloset pakai air sungai. Air sungainya bening tetapi berwarna kecoklatan karena memang air sungainya berwarna seperti itu.

Pertama kali dijelaskan sekilas peta Tanjung Puting dan rencana perjalanannya. Sepanjang jalan akan banyak terlihat satwa liar. Paling banyak burung, ada beberapa jenis monyet termasuk bekantan, owa, dan beberapa jenis primate lain. Bahkan sungai yang kami lewati banyak buayanya.

Pak Husni, guide kami,  adalah insinyur lulusan Jerman yang memutuskan untuk menjadi guide di Tanjung Putting karena sudah jatuh cinta dengan lokasi ini. Dan beliau top banget sebagai guide, ilmu perpohonan dan perbinatangannya luar biasa.

Dari pelabuhan Kumai, klotok menyusuri sungai Aru sekitar 20 menit, lalu masuk ke ke sungai Sekonyer. Tandanya ada di pojok, patung orangutan bernama Tom dengan tulisan welcome to Tanjung Puting Taman Nasional.






(awal sungai sekonyer)


Begitu masuk sungai Sekonyer kondisi tanaman berubah, menjadi hutan nipah. Masuk ke dalam lagi tanamannya menjadi hutan pandanus. Kadang terlihat pandanus yang rebah bekas tempat buaya berjemur.

Sebelah kanan sungai merupakan area Taman Nasional, sedangkan kiri bukan. Sekitar 1 km dari bantaran sungai sudah terlihat perkebunan kelapa sawit, padahal menurut aturan, bantaran sungai yang boleh dibudidayakan jaraknya 5 km dari bantaran.

Klotok sudah berjalan sekitar 1 jam ketika pak kapten kasih tau kalau ada orangutan liar sedang makan daun nipah di kiri sungai. Itu merupakan orang utan liar, dan mereka tidak bisa menyebrang ke daerah Taman Nasional. Sayang saya begitu terpana pertama kali melihat orangutan liar jadi lupa ambil fotonya.

Perjalanan sekitar 1.5 jam kita sampai di lokasi feeding pertama yaitu Tanjung Harapan. Dari dermaga kami berjalan kaki sekitar 15 menit sampai ke tempat feeding. Pengunjung hanya boleh masuk dan trekking setelah pk 15.00  karena dulu sering orang datang dan memanggil orangutan pura pura makanan sudah datang. Padahal ternyata dibohongi. Jadi sekarang lebih tertib, pengunjung baru boleh masuk jam 3 sore. Kebanyakan pengunjungnya dari luar Indonesia, dan banyak yang membawa kamera dengan tele panjang panjang.  Tapi menurut pak Husni hari itu cukup banyak tamu lokalnya, mungkin karena long weekend tadi ya.

Sangat berbeda melihat orangutan disini dibandingkan dengan di kebun binatang. Dikebun binatang saya melihat mereka adalah mahluk yang sering dilempari kacang, dibuat lucu lucuan aja, tidak dihargai dan hanya dianggap sebagai monyet besar yang tidak punya kehidupan. Disini kelihatan betapa mereka di’orangutan’kan. Mereka yang punya hutan dan kamilah tamunya. Sedih juga mengingat saya dulu tidak pernah menghargai orangutan dan kehidupannya.



Waktu kami datang, ada 2 orangutan sedang makan di panggung feeding. Pengunjung melihat di sekitar panggung dibatasi tali di area feeding. Tidak lama kemudian datang seekor lagi yang ikut bergabung.

Raja orangutan disitu namanya si Gundul. Cuma saya tidak beruntung bertemu dengannya.

Sekitar 1 jam disana, kita kembali ke klotok.  Klotok berjalan lagi dan kami melihat kera bekantan. Mereka bercengkrama di atas pohon, dan kita melihat dari atas kapal sambil makan cemilan yang dimasak oleh ibu juru masak.








Setelah Maghrib kami langsung trekking malam ditemani ranger disana bernama Pak Ijay. Perlu diketahui bahwa untuk trekking disana terutama trekking malam harus ditemani ranger. Ngga boleh kalau ditemani guide saja. Maklumlah, ranger disana kan memang sudah hapal sekali jalan serta lokasi sarang binatang berbahayanya. Jadi ada tempat tempat dimana rangernya menyuruh kita berhati hati.

Baru 5 menit berjalan kami ditunjukkan tarantula yang sedang leyeh leyeh di sarangnya. Sayang ketika mau di foto dia ngumpet dan masuk. Akhirnya hanya difoto sarangnya aja. Kata guidenya, jangan khawatir, didalam masih banyak tarantula lain yang suka mejeng.

Didalam kami banyak dijelaskan bermacam macam tanaman dan fungsinya. Juga binatang binatang yang kebetulan kita temui. Kebanyakan sih serangga. Dari tarantula, semut api, semut kepala besar yang katanya bisa buat pengganti cabe rawit, macam macam jenis tonggeret dan belalang.

Belum suara aneka insect yang mengiringi perjalanan malam hari ini. Baru tau saya kalau ternyata malam hari dihutan itu ramai sekali. Seperti penghuninya sedang ada pesta besar. Ada belalang yang suaranya seperti memanggil orang, ada yang sekedar krik krik.. ada tonggeret yang seperti perempuan menangis… Kalau saya ngga diinfo pasti udah mikir yang serem serem, soalnya suaranya persis seperti perempuan menangis pilu..

Trekking berlangsung sekitar 1 jam perjalanan. Saya ngga tahu berapa jaraknya, yang jelas sama sekali ngga terasa cape dan penuh kejutan didalamnya. Sempat sih kami semua mematikan senter, dan merasakan gelap gulita dalam hutan..

Setelah trekking kami mandi dan makan malam. Menunya wow banget deh. Kumplit lauk dan buah segar. Dan bukan hanya kali itu, setiap makan pasti menunya spesial. Ditambah cemilan waktu bruch dan sore hari. Pokoknya makanan selama perjalanan selalu endang gumindang tidak pernah mengecewakan..




Setelah itu ruang tidur kami disiapkan oleh pak Kapten dan helpernya.. Kanan kiri kapal terpal diturunkan dan kelambu dipasang. Pak Husni berpesan kalau malam ngga boleh naroh makanan di atas meja makan. Karena bisa mengundang binatang seperti orangutan ikut nyicipin. Ngga lucu juga kan kalo malam malam trus tiba tiba ada tangan besar yang nyelonong ke dalam kapal.


(lha kalau ada tangan sebesar ini menyelusup keatas meja kan apa tumon…)


Besok paginya sekitar jam 7 kapal jalan ke stasiun ke 2, Pondok Taggui. 

Berhubung hari masih pagi, kita mencoba trekking yang mid track dengan estimasi 1 jam perjalanan. Sebenernya niatnya yang long track tapi ngga ada ranger yang available. Maklumlah, masuk hutan kan ga boleh sembarangan, harus ditemani ranger. Jadilah kami berjalan ditemani Pak Husni. Tapi kalau yang tidak berminat trekking, ada jalan pintas yang langsung ke tempat feeding.


( pagi hari, kabut sungai )



Hutannya seru, ada banyak kantong semar, ada bekas cakaran beruang madu, pohon ini ono yang disebutkan nama dan manfaatnya tapi berhubung pengetahuan saya soal pohon nol besar makanya ngga hafal. Belum lagi beragam burung yang sempat ditemui.

Pohon raksasa di hutan yang saya lewati tidak banyak. Katanya kalau mau ke hutan belantara yang penuh pohon raksasa perjalanan sekitar 9 hari masuk ke dalam. Woow, luas banget ya ternyata hutannya. Ditengah perjalanan kami bertemu (baca:disalip) bule bule yang juga lagi trekking.

Sampai dilokasi feeding hujan turun. Tapi tidak menyurutkan fans orangutan untuk menunggu di feeding area. Semua siap dengan jas hujannya. Yah namanya juga niat mau menjelajah hutan, pasti udah siap dengan perlengkapan standar seperti jas ujan.

Feeding time disini adalah jam 9 pagi, dan bos orangutan disini namanya Doyok. Sekali lagi saya tidak beruntung bertemu sang bos. Orangutan yang kami temui disini cukup banyak. Dan ada babi hutan yang ikutan makan dibawah panggung.




Dari situ klotok bergerak menuju tempat feeding terakhir di Camp Leakey. Ditengah perjalanan sungai membelah menjadi 2, dan kami menyusuri sungai yang berwarna hitam. Disebut Simpang Kanan. Tapi hitamnya ngga serem dan berbau busuk karena polusi, hitamnya karena kandungan getah dan gambut. Jadi airnya tetap jernih dan tidak berbau.

Perjalanan kurleb 2 jam sampai ke Camp Leakey. Camp ini merupakan camp yang paling ujung dari seluruh perjalanan. Juga paling besar dan tertata. Jalannya sekitar 10 menit melewati jalan kayu diatas rawa. Disini ada musium yang dibuat oleh Dr. Birute Galdikas, mom of Orang Utan..

Alpha male disini bernama Tom, orangutan legendaris yang jadi patung dan ikon Tanjung Puting. Kami sempat ketemu Siswi, madame orangutan di Camp Leakey. Siswi ini adalah anak permaisuri bernama Siswoyo (beneran permaisurinya perempuan bernama Siswoyo, ngga salah tulis kok), dan kemudian menjadi permaisuri ketika era Kusasi menjadi raja disana. Setelah Kusasi dikalahkan Tom, Siswi hanya sebentar menjadi permaisuri karena Tom akhirnya berpaling darinya. Saya masih belum jelas ceritanya, cinta Siswi sekarang ditujukan kepada Tom atau masih terkenang kepada Kusasi. Katanya sekarang Siswi masih suka mengejar ngejar Tom.

Yang jelas ketika madam Siswi naik ke panggung tempat makan, semua orangutan yang sedang makan disana langsung menghindar. Semuanya naik ke pohon disekitarnya sehingga hanya Siswi yang makan sendirian. Mereka menunggu sampai Siswi selesai makan baru mereka berani ke panggung lagi.

Orangutan itu jelas hirarkinya. Semua menghormati sang raja dan ratu.

Malam ini kami menginap di hilir Sekonyer yang sudah dekat ke sungai Aru. Berhenti didekat pohon yang penuh kunang kunang, kelap kelip seperti pohon natal. Indah banget deh. Sayang kamera saya ngga bisa menangkap gambarnya.

Paginya jam 8 jalan klotok bergerak ke Kumai. Dalam perjalanan ke bandara kami sempat keliling sedikit kota Pangkalan Bun. Melewati makam untuk petinggi suku Dayak. Lokasinya di kota, tampak luarnya seperti hutan lebat, agak gelap saking rimbunnya pohon disana. Menurut cerita pak Husni, apabila petinggi suku Dayak meninggal mereka dimakamkan disitu. Karena orang Dayak sangat menghormati alam maka makamnya tidak boleh dibersihkan, pohon pohon dibiarkan tumbuh bebas.. Jadi pemakamannya seperti hutan rimba ditengah kota.

Di bandara, kami bertemu lagi dengan orang orang yang satu pesawat waktu berangkat. Di tempat feeding kami juga selalu bertemu. Yang waktu berangkat saling cuek, sekarang kami berteman karena merasa punya minat yang sama.. 
save orang utan

Note : 
- foto foto sebagian adalah kiriman dari P Husni, yang berbaik hati mengijinkan saya memakai fotonya
- Kontak Pak Husni : +62 85752793614
- kontak Pak Andreas : +62 81349173743; +62 82152641805




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mendampingi Kateter Jantung

Pengalaman mendampingi penderita penyempitan jantung dikeluarga saya sudah cukup lama. Sehingga akhirnya saya familiar dengan istilah kate...