Pengalaman mendampingi penderita penyempitan
jantung dikeluarga saya sudah cukup lama. Sehingga akhirnya saya familiar dengan istilah kateter, pasang ring dan problematika seputar urusan jantung yang bermasalah..
Pertama dengar istilah kateter
adalah sekitar tahun 2000 ketika bapak mertua harus dikateter. Waktu itu
keluarga cukup heboh. Maklum informasi belum seperti sekarang, jadi kalau sudah
urusan 'tindakan dokter' bayangannya bakal urusan berat. Apalagi urusannya
jantung..
Kateternya dilakukan di RS Medistra
di Jl. Gatot Subroto, dan pada hari tindakan seluruh keluarga ‘wajib’ berkumpul.
Dengan 8 anak dan para mantu bisa dibayangkan betapa sesaknya ruangan kamar. Ketika
pasien akan masuk keruang tindakan, pamitan dilakukan seolah olah akan berpisah
lama.
Apalagi setelah itu ada tindakan
pemasangan ring.. kembali prosesi berulang.. Bahkan lebih heboh.. maklumlah,
saat itu informasi belum sekomplit sekarang dimana segala informasi dan
pengalaman orang lain bisa dengan mudah didapatkan. Yang ada hanya
bayangan dan ‘katanya anu… katanya anu…’.
Beberapa tahun berikutnya suami
didiagnosa ada penyempitan juga. Dan harus menjalani kateter. Berhubung kami
punya Askes, dan tabungan kami belum sebanyak mertua maka Askes menjadi satu
satunya pilihan untuk kami.
Urutan berobatnya mirip dengan BPJS.
Ke puskesmas dulu, tapi waktu itu belum ada ketentuan puskesmas yang ditunjuk.
Jadi bebas puskesmas dimana saja. Juga belum ada penunjukkan fasum 2. Dari
puskesmas bisa langsung ke RS yang ditunjuk. Waktu itu kami memilih RS Cipto Mangunkusumo
karena mendengar disana ada PJT (Perawatan Jantung Terpadu) yang menurut
informasi dari ‘katanya…’ pelayanannya baik seperti swasta.
Maklumlah, pada waktu itu stigma berobat
gratis pakai Askes di RS umum berarti harus sabar dan tahan mental. Susternya
jutek, ruangannya jorok, obatnya strata terendah...wah pokoknya banyak cerita
serem yang didengar. Mungkin kalau tabungan saya seperti Paman Gober,
saya akan memilih RS swasta yang 'aman'. Cuma ya mampunya Askes, apa boleh buat..
Pertama datang tentu harus mendaftar
di bagian depan. Antreannya banyak. Tapi tertib. Jadi cerita bahwa antreannya
berdesak2an itu hoax.
Setelah itu kami menuju lokasi PJT
di daerah dalam. PJT itu bangunan baru terletak didalam RSCM, bangunan modern
yang nyempil diantara bangunan jaman Belanda.
Disana saya surprais bener,
tempatnya cukup bagus, penerima tamunya ramah, penjelasannya jelas. Bahwa harus antri
agak lama wajarlah, pasiennya kan banyak.
Penanganan dokter dan susternya juga
jauh dari informasi serem yang didengar. Ramah, profesional.. untung ga patah
semangat dan keburu ke RS swasta yang mungkin waktu itu bikin saya harus jual
perabot.
Proses kateternya juga lancar.
Setelah selesai ruang pemulihan ada di ruangan berbentuk bangsal berisi
beberapa pasien. Dan langsung sore itu juga boleh pulang. Pada waktu itu
belum terlalu banyak pasien untuk kateter. Mungkin hanya sekitar 5 orang yang
dijadwalkan pada hari itu.
Beberapa tahun kemudian harus
kateter ulang, dan kembali memilih RSCM dan kembali juga Askes menjadi pilihan satu satunya. Hanya saja sekarang lebih mantap dan tidak khawatir lagi atas pelayanan pengguna Askes. Prosesnya mirip, hanya sudah memakai sistem BPJS tapi belum
memakai fasum 2. Kali ini ruang pemulihannya dapat kamar kelas 1 sesuai kelas
BPJS nya. Kamarnya enak, satu pasien di kamar dan ada sofa untuk
penunggunya.
Kateter ke 3 saya memilih RS
Fatmawati. Pengalaman baru lagi disini. Sistem antrenya juga berbeda dengan
RSCM. Setelah mendapat rujukan dari dokter, harus mendaftar ke bagian kateter.
Waktu tunggunya lumayan lama, hampir sebulan kalau tidak salah. Dokternya baiiik banget, dan
helpfull..
Pada hari yang ditentukan, pasien
datang dan langsung masuk ruang kateter. Sementara keluarga menunggu di
ruang tunggu khusus. Ketika proses kateterisasi akan dilakukan, keluarga pasien
dipanggil melalui pengeras suara untuk menemui suster dan diminta mengurus data
BPJS. Lupa saya data apa, tapi intinya saya dikasih berkas satu bundel terus
dibawa ke kantor Askes untuk minta cap ke petugasnya. Mengurusnya lumayan
jauh tapi masih dalam kompleks RS. Pengurusannya juga mudah, hanya harus sabar
antri aja. Ruang pemulihan disini juga berupa bangsal dengan sekat korden.
Susternya juga ramah.. makin membuat saya yakin bahwa pelayanan BPJS tidak
semenakutkan yang dikira.
Kateter ke 4 di RSJPD Harapan Kita.
Ini saya bisa cerita agak detail karena belum terlalu lama kejadiannya.
Untuk kateter di RSJPD Harapan Kita, pasien
harus sudah daftar sebelumnya dan datang sesuai tanggal yang telah
ditentukan dengan membawa berkas bukti pendaftaran serta hasil cek darah. Hasil cek darahnya harus terbaru, paling lama 3 hari sebelum jadwal tindakan. Labnya boleh dimana saja, tidak harus lab RSJPD Harapan Kita.
Pada tanggal itu, jam 5.30 pagi saya sudah berada di depan loket C di RSJPD Harapan Kita. Jam segitu ternyata sudah
ada 3 orang yang mengantri menunggu petugas. Jam 6.30 petugasnya datang dan langsung
mengeluarkan kotak nomor antrian dari laci mejanya. Oleh petugas kami diminta mengambil
nomor antrian kemudian diminta menunggu dibangku depan apotek. Petugasnya
beberes dulu dan akan memanggil sesuai nomor antrian. Data diproses berdasarkan
nomor antrian.
Pemanggilan dimulai jam 07.00. Prosesnya cukup cepat, hanya saja Bapak petugasnya lumayan tegas, jadi berkesan galak.
Mungkin karena pengantrinya ngeyel tetap ngantri diluar ruangan, dan tidak duduk
di area depan apotek sehingga berkerumun di depan pintu ruangan.
Setelah selesai pengurusan data, kembali
kami diberikan sebundel berkas. Berkas itu kami bawa naik ke ruang
persiapan di lantai 2 bersama dengan pasiennya. Yang diijinkan masuk ke ruang persiapan hanya pasien dan 1
penunggu. Penjaga pintunya cukup tegas, dan sebelum masuk ditanya tanya
dulu keperluannya. Kalau tidak jelas dan tidak membawa berkas tidak akan diperbolehkan masuk.
Di ruang persiapan data diperiksa
oleh petugas yang sudah menunggu, dan kalau sudah lengkap maka pasien
dipersiapkan untuk wawancara oleh dokter disana.
Pasien diminta ganti baju dengan
baju tindakan, dan barang2nya disimpan di loker. Setelah itu cek tensi de el el, standarlah seperti
mau periksa ke dokter jantung. Kemudian dokter disana mewawancara pasien.
Dibaca hasil cek darah yang diambil maksimal 3 hari sebelumnya itu. Dokternya
bukan dokter yang biasa merawat kita ya, tapi dokter yang memang bertugas
disana.
Setelah itu saatnya menunggu
panggilan tindakan. Menunggunya dalam posisi duduk, walaupun banyak tempat
tidur. Tempat tidur itu fungsinya adalah sebagai tempat pemulihan setelah
tindakan. Sofanya lumayan empuk, jadi ngga masalah untuk para pasien kateter.
Oh ya, disini bukan hanya pasien
kateter, tapi juga pasang ring bercampur menunggu bersama.
Panggilan pertama untuk tindakan sekitar jam 8,
yang dilakukan di lantai 3. Sekali panggil 2 orang sesuai dokter yang bertugas.
Kesananya kalau memang kondisinya sehat seperti suami saya, dengan jalan kaki.
Pendamping diminta ikut ke lantai 3 untuk membantu, misalnya menyimpan sandal ketika
pasien masuk ke ruang tindakan, pendamping menunggu di ruang tunggu yang
disediakan. Ruang tunggunya bersamaan dengan ruang tunggu pasien yang dirawat.
Wah kalau mendengar cerita cerita penunggu pasien disana, lumayan membuat miris
karena pasien disana biasanya sudah taraf sakit berat.
Tindakan untuk kateter sekitar 1
jam. Nanti pendamping dipanggil ketika pasien sudah siap turun, dan bersama
sama turun kembali ketempat awal tadi.
Pemulihan kalau jalur kateter
melalui tangan sekitar 2 jam, tapi kalau melalui paha 6 jam kalau ngga salah. Makanya usaha pertama adalah lewat pembuluh darah di dekat pergelangan tangan. Tetapi kalau ada kendala di tangan, langkah berikutnya adalah melalui pembuluh darah di paha. Kalau lewat paha itu pemulihannya cukup lama dan 'sengsara'nya lebih lama juga karena selama beberapa jam kaki tidak boleh digerakkan. Buang air saja harus dari pispot selama pemulihan.
Suami mendapat panggilan nomer 2.
Bisa lebih cepat dari antrian dibawah (yang tadi dapat nomor 4) karena kami
segera naik. Sedangkan antrian nomor 2 dan 3 diloket tidak segera naik ke ruang
persiapan sehingga ketika mereka akhirnya masuk sudah didahului oleh orang yang
segera naik.
Setelah waktu pemulihan dianggap
cukup, suster akan memeriksa luka bekas masuk selang, masih berdarah atau
tidak. Kalau sudah berhenti maka perban diganti, dan pasien diminta ganti baju
yang tadi dipakai ketika datang. Kemudian suster memanggil untuk menyerahkan
hasil. Suster akan menjelaskan hasil kateter tadi secara global, tapi detailnya
akan dijabarkan ketika konsul dokter.
Untuk konsultasi dokter harus daftar
lagi di loket pendaftaran di bawah. Dapat waktunya ya sesuai jadwal yg
diberikan.
Sekitar jam 10-11 seluruh proses sudah
selesai dan bisa pulang.
Untuk pasien yang dijadwalkan
memasang ring, pemulihannya 24 jam. Jadi harus menginap semalam untuk melihat
kondisinya.
Beda banget ya dengan suasana
kateter jaman mertua saya. Jaman sekarang kateter itu tindakan yang relatif simple,
ga ada pikiran yang serem serem, ngga pake kuatir yang berlebihan..
Saya sempat ngobrol dengan beberapa
pasien. Dan mereka datang dari penjuru nusantara. Ada yang dari Aceh, Pontianak
dll. Jadi mereka bolak balik untuk konsul dan mendaftar. Karena ngga bisa
sekali datang terus dilakukan tindakan dalam waktu dekat.
Untuk kateter di RSJPD Harapan Kita
saran saya datanglah sepagi mungkin untuk mendapatkan antrian awal. Dan setelah
berkas diperiksa dan dikembalikan ke kita, segeralah naik ke ruang persiapan diatas bersama pasien supaya dapat tindakan
lebih awal. Jangan tunggu apa2, langsung cap cus naik deh. Ingat bahwa antrian
berdasar kedatangan ke ruang persiapan, bukan berdasar antrian di loket tadi.
Dan disini pasien kateter dan ring cukup banyak, berbeda dengan di rumah sakit
lain. Namanya juga memang RS spesialis jantung dan pembuluh darah.
Ingat ingat banget bahwa makin besar nomor antrian di
ruang persiapan waktu menunggu juga makin lama.
Misalnya suami saya di loket dapat
nomor 4. Tetapi karena langsung naik ke ruang persiapan, disana bisa dapat nomor 2.
Dokter yang melakukan kateter ada 2, maka boleh dibilang suami masuk gelombang
pertama. Nah pengantri nomor 3 tentu harus menunggu gelombang pertama tadi
selesai. Lamanya sekitar 45 menit – 1 jam. Bisa dihitung kalau dapat nomor besar, antrian masuk ke ruang tindakan bisa berjam jam.
Waktu itu yang masuk ruang persiapan
jam 8, tindakannya bisa sore dan bisa bisa pulang malam karena harus dipulihkan
dulu. Kira kira yang dijadwalkan untuk tindakan hari itu sekitar 30 orang
bercampur antara yang kateter dan pasang ring. Misalnya saja yang kateter 20
orang, pasien terakhir bisa pulang jam 10 malam, padahal kedatangannya mungkin
berbeda sedikit dengan kami.
Setelah kateter, kami mendapatkan jadwal konsultasi
dokter yang cukup jauh waktunya di RSJPD Harapan Kita. Padahal suami bekerja di Gorontalo, sehingga saya mendaftar konsultasi dokter di paviliun eksekutif Sukarman. Paviliun
Sukarman ini adalah swastanya RSJPD Harapan Kita. Gedungnya berderet dengan gedung
RSJPD Harapan Kita, masih satu lokasi. Bisa kok pasien biasa di RSJPD konsul di
Paviliun Sukarman karena datanya terkoneksi. Jadi dengan dokter yang sama di RSJPD
Harapan Kita, datanya juga sama hanya tidak perlu menunggu berhari hari untuk
mendapatkan jadwal konsultasi. Bedanya disini harus bayar, kalau tidak salah
400 ribu untuk konsulnya saja. Untuk saya tetap lebih murah daripada tiket
pesawat Jakarta Gorontalo pp.
Mengalami semua hal diatas, saya
merasakan saat ini kateter adalah tindakan yang umum dilakukan. Tidak
semenakutkan bayangan seperti yang saya alami ketika awal awal mengenal kateter
jaman dahulu.
Jadi untuk yang baru pertama kali
harus dikateter, jangan terlalu khawatir. Selain sudah menjadi tindakan
‘biasa’, alat juga semakin canggih, sehingga tidak ada yang perlu terlalu
dikhawatirkan berlebihan.







